IMG-LOGO
Home Internasional Impor Barang Asal Israel ke Indonesia Capai US$ 54,2 Juta Sepanjang 2024, Didominasi Mesin dan Peralatan
internasional | umum

Impor Barang Asal Israel ke Indonesia Capai US$ 54,2 Juta Sepanjang 2024, Didominasi Mesin dan Peralatan

oleh VNS - 04 Agustus 2025 08:15 WITA
IMG
Ilustrasi impor barang melalui kapal (Foto:Ist)

IDENESIA.CO - Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, data menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan tetap berlangsung, meskipun dilakukan melalui negara ketiga. Sepanjang tahun 2024, Indonesia tercatat mengimpor sejumlah barang dari Israel dengan total nilai mencapai US$ 54,2 juta atau sekitar Rp 869 miliar (kurs Rp 16.000 per dolar AS).


Angka tersebut tergolong sangat kecil jika dibandingkan dengan total nilai ekspor Indonesia pada tahun yang sama, yakni sebesar US$ 233,66 miliar. Persentasenya bahkan tidak mencapai 0,0001% dari keseluruhan ekspor nasional.

"Tentunya Israel bukan menjadi mitra dagang utama, karenanya nilai impornya sangat kecil," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, saat masih menjabat sebagai Plt Kepala BPS pada Januari 2025 lalu, dikutip kembali pada Minggu (3/8/2025).

Berdasarkan data BPS, terdapat lima komoditas utama yang menyumbang nilai impor dari Israel. Paling besar adalah mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya yang masuk dalam kode HS84, dengan nilai mencapai US$ 33,9 juta. Ini mencakup berbagai jenis mesin industri dan komponen penunjangnya.

Posisi kedua ditempati oleh mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) dengan nilai sekitar US$ 8 juta, yang biasanya meliputi peralatan elektronik, kabel, dan komponen listrik lainnya.

Sementara itu, di urutan ketiga adalah perkakas dan peralatan dari logam tidak mulia (HS82) dengan nilai US$ 4,1 juta. Barang dalam kategori ini umumnya digunakan dalam industri manufaktur dan konstruksi.

Untuk dua kategori impor lainnya, Amalia menyebut nilainya terlalu kecil untuk dirinci. Namun, ia mengungkapkan bahwa produk-produk tersebut mencakup peralatan optik, fotografi, sinematografi, serta sejumlah produk farmasi.

"Nilai barang-barang tersebut sangat kecil, tidak signifikan dalam struktur perdagangan nasional kita," tambahnya.

Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan resmi dengan Israel, perdagangan tetap berlangsung melalui negara ketiga sebagai perantara. Hal ini memungkinkan sejumlah produk asal Israel masuk ke pasar Indonesia, terutama produk-produk yang tergolong teknologi tinggi atau digunakan dalam industri strategis.

Pemerintah Indonesia sejauh ini belum mengeluarkan kebijakan resmi untuk melarang seluruh produk asal Israel, meski ada tekanan dari sebagian kelompok masyarakat untuk melakukan boikot sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.

Namun demikian, data dari BPS menunjukkan bahwa intensitas perdagangan antara kedua negara tetap sangat terbatas, baik dari sisi nilai maupun jumlah komoditas.

(Redaksi)