IDENESIA.CO - Lonjakan impor air kemasan dari Prancis, Italia, hingga China menandai pergeseran tren konsumsi masyarakat Indonesia. Data Kemendag menunjukkan peningkatan signifikan pada air berlabel premium sepanjang Januari - Mei 2025.
Impor air minum dan es Indonesia mengalami lonjakan mencolok selama Januari hingga Mei 2025. Data Kementerian Perdagangan yang dirilis baru-baru ini mencatat, empat kategori utama produk air dan es termasuk air mineral, air berkarbonasi, air tanpa gula, dan es mengalami peningkatan signifikan baik dari sisi nilai maupun volume.
Lonjakan ini tak hanya mencerminkan tingginya permintaan domestik, tetapi juga mengindikasikan meningkatnya konsumsi produk air kemasan bersegmen premium yang didominasi oleh merek-merek luar negeri.
Air Mineral Prancis Dominasi Pasar Impor
Dalam kategori air mineral (HS22011010), nilai impor Indonesia mencapai US$ 1,742 juta, naik 148,48% dibanding periode yang sama tahun lalu. Volume impor juga melonjak 125,85% menjadi 1.707 ton.
Yang paling menonjol adalah Prancis, dengan ekspor air mineral ke Indonesia mencapai 826,1 ton, naik 949.424% YoY. Dari sisi nilai, produk dari Prancis bernilai US$ 0,8701 juta, meningkat 11.233% YoY. Negara lain seperti Fiji (340 ton), Italia (320 ton), Jepang (41,7 ton), dan Arab Saudi (24,4 ton) juga menjadi pemasok utama.
Air Berkarbonasi Italia dan Prancis Meroket
Produk air soda (HS22011020) juga mengalami kenaikan tajam. Nilai impornya naik 213,23% YoY menjadi US$ 0,306 juta, dengan volume mencapai 304 ton (+122,72%).
Italia menduduki peringkat teratas dengan ekspor sebesar 164,6 ton (+553,3%) senilai US$ 0,1525 juta, disusul Prancis dengan 84,1 ton (+267,7%) senilai US$ 0,1193 juta. Korea Selatan juga masuk dalam tiga besar, menyuplai 39,1 ton (+43,9%).
China Rajai Pasar Air Tanpa Gula
Pada kategori air tanpa tambahan gula (HS22019090), nilai impor Indonesia melonjak 7.172,82% YoY menjadi US$ 0,564 juta. Volume impor naik 1.142,91% menjadi 11,99 ton.
Dari jumlah itu, China menyumbang 10,93 ton atau 91,1% volume, dengan nilai mencapai US$ 0,553 juta, atau sekitar 98% dari total nilai impor kategori ini. Pertumbuhan impornya dari China sangat signifikan, naik 546.369% YoY dari sisi volume dan 83.491% dari sisi nilai.
Negara lain seperti Jepang, Australia, Malaysia, dan Norwegia masuk dalam lima besar, meskipun porsinya jauh lebih kecil.
Impor Es dari Timur Tengah Mencengangkan
Kategori es dan salju (HS22019010) juga menunjukkan tren tak lazim. Nilai impor naik 532,21% YoY menjadi US$ 0,2636 juta, dengan volume meningkat 709,1% menjadi 367,2 ton.
Yang mencengangkan, Bahrain mengekspor 213 ton (+674%) ke Indonesia, dengan nilai US$ 0,1119 juta (+603,5%). Sementara itu, Uni Emirat Arab (UEA) mencatat kenaikan volume terbesar, yaitu 2.206%, dan Arab Saudi juga menjadi eksportir signifikan.
Data resmi dari Kementerian Perdagangan mengindikasikan bahwa Indonesia kini menjadi pasar strategis untuk berbagai produk air minum bernilai tinggi dari luar negeri. Tren konsumsi masyarakat, terutama di kota-kota besar menunjukkan ketertarikan pada produk berkelas yang dianggap mewakili kualitas dan gaya hidup tertentu.
Fenomena ini membuka peluang sekaligus tantangan bagi industri air minum dalam negeri agar mampu bersaing tidak hanya dari sisi harga, tetapi juga citra, kualitas, dan inovasi produk.
(Redaksi)