IDENESIA.CO - Presiden RI Prabowo Subianto menandai babak baru hubungan Indonesia dengan Brasil melalui keputusan mengejutkan memasukkan Bahasa Portugis ke dalam kurikulum sekolah di Tanah Air. Langkah tersebut bukan semata urusan bahasa, tetapi bagian dari strategi diplomasi kebudayaan dan ekonomi yang lebih luas antara dua negara berkembang di belahan bumi selatan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono mengungkapkan, keputusan itu muncul setelah pertemuan bilateral antara Presiden Prabowo dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/10/2025). Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin sepakat untuk memperkuat kemitraan strategis di bidang politik, ekonomi, serta pendidikan.
“Tadi juga Pak Presiden mengatakan bahwa beliau akan membentuk suatu hubungan yang beliau sebut new special relationship antara Indonesia dengan Brasil,” ujar Sugiono di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (23/10/2025).
Menurut Sugiono, Presiden Prabowo memandang komunikasi sebagai kunci untuk memperdalam hubungan antarnegara. Karena itu, penguasaan bahasa mitra strategis menjadi penting agar kerja sama tidak berhenti di tataran diplomatik semata, melainkan bisa diimplementasikan dalam hubungan bisnis, pendidikan, dan sosial budaya.
“Oleh karena itu, tadi disampaikan bahwa akan ada pelajaran Bahasa Portugis, karena komunikasi merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan kerja sama. Untuk itu, beliau meminta memasukkan Bahasa Portugis ke dalam kurikulum pendidikan,” jelas Sugiono.
Langkah ini sekaligus menjadi penanda arah baru dalam kebijakan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo. Jika sebelumnya bahasa asing yang diprioritaskan adalah bahasa dari negara mitra utama seperti Inggris, Mandarin, Jepang, dan Arab, kini Bahasa Portugis muncul sebagai simbol orientasi diplomasi ke Amerika Latin, wilayah yang selama ini belum banyak disentuh secara mendalam oleh Indonesia.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, suasana hangat dan penuh semangat kerja sama tampak ketika Prabowo mengumumkan kebijakan itu secara langsung di hadapan Presiden Lula da Silva. Begitu keputusan disampaikan, Lula langsung memberikan tepuk tangan meriah sebagai bentuk apresiasi atas inisiatif tersebut.
“Dan karena pentingnya hubungan ini, saya sudah putuskan bahwa Bahasa Portugis menjadi bahasa prioritas di pendidikan kita karena kita ingin hubungan ini lebih baik,” ujar Prabowo dalam pidatonya.
Menurut Prabowo, pengajaran Bahasa Portugis di sekolah-sekolah Indonesia akan berdampingan dengan bahasa-bahasa besar lain seperti Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Prancis, Jerman, dan Rusia.
Ia juga menyinggung potensi kerja sama dengan negara berbahasa Spanyol, mengingat Amerika Latin memiliki kesamaan latar budaya dan sejarah dengan Brasil.
“Selain Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, Bahasa Korea, Prancis, Jerman, dan Rusia, Bahasa Portugis menjadi bahasa prioritas bagi kita Portugis dan Spanyol,” tegasnya.
Pada saat itulah, Lula tampak memberikan tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi atas keputusan Prabowo.
Tanggapan DPR RI
Wakil Komisi X DPR RI Lalu Hadrian Irfani meminta Bahasa Indonesia dan bahasa daerah tetap menjadi prioritas usai pemerintah memutuskan memasukkan Bahasa Portugis sebagai mata pelajaran di sekolah.
Lalu mengatakan, pemerintah harus merancang penerapan pendidikan bahasa asing di sekolah dengan matang agar bisa memperkuat daya saing global.
"Kami mendukung kebijakan pendidikan yang memperkuat daya saing global pelajar Indonesia, selama dilakukan dengan perencanaan matang dan tetap menjaga prioritas bahasa Indonesia serta bahasa daerah sebagai identitas bangsa,” kata Lalu dalam siaran pers, Jumat (24/10/2025).
Meski mengapresiasi keputusan pemerintah memasukkan bahasa asing di sekolah, Lalu mewanti-wanti agar kebijakan itu direncanakan dengan matang dan memiliki dasar jelas baik dari sisi manfaat, hubungan diplomatik, dan relevansinya untuk masa depan pelajar Bangsa Indonesia.
Tanggapan BRIN Soal Bahasa Portugis Jadi Kurikulum di Indonesia
Menurut Kepala Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Obing Katubi, terdapat beberapa pertimbangan, mengapa bahasa Portugis dijadikan pelajaran prioritas dalam dunia pendidikan di Indonesia.
“Pertama, banyak orang menyangka bahwa bahasa Portugis itu hanya digunakan di Portugal dan Brasil. Faktanya, bahasa Portugis adalah bahasa resmi di sepuluh negara, termasuk di beberapa negara Afrika. Banyak yang memperkirakan bahwa penggunaan bahasa Portugis di Afrika akan menjadi sangat masif karena melihat kecenderungan perkembangan bahasa Portugis terkini di Afrika, seperti di Angola, Mozambik, Tanjung Verde, Sao Tome dan Principe, Guinea-Bissau, dan Guinea Khatulistiwa,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Jumat (24/10).
Lebih lanjut, Obing menilai bahwa ini menjadi peluang bagi Indonesia yang ingin mengembangkan hubungan bilateral/multilateral dengan banyak negara berbahasa Portugis, terutama di Afrika. Apalagi, negara-negara di Afrika sebenarnya sangat potensial bagi Indonesia untuk dijadikan pangsa pasar produk-produk Indonesia dan segala hubungan politik lainnya, yang menguntungkan Indonesia pada masa depan.
Selain itu, penutur bahasa Portugis juga sangat banyak. Data menunjukkan bahwa penutur bahasa Portugis sekitar 260 juta orang dan menjadi bahasa kedelapan yang paling banyak digunakan di dunia. Ini bahkan melebihi bahasa Prancis yang juga menjadi bahasa internasional.
“Alasan lainnya, ‘ceruk’ pengguna bahasa Portugis sebenarnya bukan di Eropa, tetapi di Amerika Selatan. Ketika ‘hubungan politik’ dengan Amerika Serikat sekarang tidak baik-baik saja, mencoba mengalihkan hubungan politik ke negara dengan pengguna bahasa Portugal di Amerika Selatan, yaitu Brasil, bisa dianggap sebagai langkah strategis,” tegas Obing.
Bahasa Portugis juga menjadi bahasa resmi di Timor Leste setelah merdeka dari Indonesia. Kemampuan orang Indonesia berbahasa Portugis akan sangat membantu meningkatkan kembali hubungan baik dengan Timor Leste menurut Ohing.
(Redaksi)