IDENESIA.CO - Tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan terus mengalami kerugian besar dalam operasi militer di Jalur Gaza. Setiap pekan, sekitar sepuluh tentara tewas akibat serangan balik dari gerilyawan Hamas, menambah beban korban dalam konflik yang masih berlangsung.
Menurut laporan Associated Press, pada Selasa (7/7/2025), lima personel IDF tewas usai bom meledak saat mereka menjalankan operasi di Beit Hanoun, Gaza Utara. Sedikitnya 14 tentara lainnya juga terluka, dua di antaranya berada dalam kondisi kritis. Serangan ini turut menewaskan prajurit saat upaya evakuasi berlangsung, karena mereka turut mendapat tembakan dari posisi Hamas
Dua minggu sebelumnya, Israel mencatat tujuh korban jiwa akibat serangan serupa. Eyal Berkovich, jurnalis senior dari harian Maariv, menegur Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menyatakan frustrasi atas strategi yang disebutnya mengorbankan banyak prajurit.
“Setiap minggu kita mengubur 10 tentara, Kedua tangannya berlumuran darah. Dia mengirim mereka tidak untuk apa pun kecuali melindungi pantatnya.”
Berkovich bahkan menuntut agar istri Netanyahu, Sara, menghadiri pemakaman para prajurit untuk menunjukkan empati, sekaligus mendesak militer mengerahkan kekuatan penuh.
Kolonel cadangan Hezi Nehama, berbicara dalam wawancara di radio 103FM, mengritik taktik IDF dalam operasi militer di Gaza. Ia menilai strategi saat ini terlalu berhati‑hati, terutama terkait keberadaan sandera, dan menyebutnya menyebabkan stagnasi di lapangan.
“Kita membayar harga berat tanpa tujuan, Hamas menyehatkan diri kembali dan menguat di tanah,” tegas Nehama, seraya mengungkapkan frustrasinya terhadap strategi IDF saat ini.
Nehema menyebut strategi pengepungan ini, yang pernah diusulkan oleh mantan jenderal Giora Eiland, sebagai “Rencana Jenderal”. Ia menyebut penerapan rencana ini tertunda karena kekhawatiran berlebih terkait sandera dan citra internasional Israel.
Ia menambahkan bahwa keputusan untuk menghindari operasi di area dengan sandera memberi Hamas peluang mengintensifkan kekuatan, karena militer Israel menahan diri.
Kerugian nyawa secara masif pada pasukan IDF mencerminkan adanya kesenjangan antara strategi politik dan taktik militer. Kritik pedas dari jurnalis seperti Berkovich dan militer cadangan seperti Nehama menunjukkan tekanan internal yang meningkat terhadap pimpinan Israel untuk meninjau kembali langkah operasi mereka di Gaza. Ruang diskusi kini terbuka bagi perdebatan antara menjaga sandera dan menyelesaikan konflik secara tuntas.
(Redaksi)