IDENESIA.CO - Konflik bersenjata antara Israel dan Iran kini memasuki babak baru yang mengancam stabilitas energi global. Kedua negara mulai menjadikan kilang minyak sebagai sasaran serangan rudal, memicu kekhawatiran pasar dunia terhadap gangguan pasokan bahan bakar dan lonjakan harga minyak internasional.
Setelah saling melancarkan serangan militer sejak Jumat (13/6), Israel dan Iran kini memperluas eskalasi dengan menargetkan sektor energi masing-masing. Fasilitas minyak menjadi titik serang baru yang dianggap strategis untuk melumpuhkan kekuatan ekonomi lawan.
Israel dilaporkan menyerang depot minyak Shahran di Teheran pada Sabtu (14/6), namun pihak Iran menyatakan bahwa kerusakan tidak signifikan.
"Volume bahan bakar di tangki yang menjadi sasaran tidak banyak, dan situasinya sepenuhnya terkendali," tulis kantor berita SHANA milik Kementerian Perminyakan Iran, dikutip Reuters, Minggu (15/6/2025).
Sebagai balasan, Iran melancarkan serangan ke kawasan industri energi Haifa, yang menampung salah satu kilang minyak terbesar milik Israel. Serangan tersebut mengakibatkan kerusakan pada jalur pipa dan transmisi energi.
Perusahaan Bazan, operator kilang Haifa, menyatakan terjadi kerusakan lokal, namun operasi utama masih berjalan.
"Beberapa fasilitas ditutup sementara, dan kami masih mengevaluasi skala kerusakan," kata pihak perusahaan.
Tak hanya itu, kilang minyak Isfahan di Iran juga jadi target rudal Israel. Meski sempat diguncang ledakan, fasilitas itu dilaporkan tetap berfungsi penuh.
"Semua unit operasional dan departemen kilang berada dalam kondisi stabil. Produksi dan pasokan bahan bakar tetap berlangsung," ujar kantor berita ISNA.
Konflik ini memicu kepanikan di pasar energi internasional. Analis memperkirakan bahwa jika serangan terhadap kilang terus berlangsung, risiko gangguan pasokan dari Teluk hingga Laut Tengah akan berdampak pada harga minyak mentah global dan rantai pasok bahan bakar di kawasan Asia dan Eropa.
(Redaksi)