IMG-LOGO
Home Iptek Mengenal Super Topan Ragasa: Raja Badai Asia yang Mengguncang Filipina, Taiwan, dan China
iptek | umum

Mengenal Super Topan Ragasa: Raja Badai Asia yang Mengguncang Filipina, Taiwan, dan China

oleh VNS - 25 September 2025 12:15 WITA
IMG
Seorang wanita berpegangan pada rambu lalu lintas untuk menjaga keseimbangan melawan angin kencang dari Topan Super Ragasa di Hong Kong, Cina, 24 September 2025. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Super Topan Ragasa, siklon tropis terkuat di dunia pada tahun 2025, melanda kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dengan kekuatan luar biasa. Badan Meteorologi China bahkan menjulukinya sebagai Raja Badai karena skala kerusakan dan dampaknya yang meluas.


Ragasa telah menelan puluhan korban jiwa, dengan Taiwan mencatat 14 orang meninggal dunia. Tim penyelamat di negara itu masih berupaya mencari 152 orang hilang, sebagian besar akibat runtuhnya bendungan alami di Guangfu Township yang melepaskan sekitar 68 juta ton air, menyebabkan banjir besar yang menyapu permukiman.

Di China selatan, hampir dua juta warga dievakuasi sebagai langkah pencegahan. Pemerintah menutup sekolah dan bisnis di 10 kota besar, termasuk Guangdong, sementara sekitar 370.000 orang sudah dipindahkan dari kawasan berisiko tinggi.

Hong Kong juga terdampak parah. Hong Kong Observatory memperingatkan bahwa angin lokal akan terus menguat. Maskapai Cathay Pacific membatalkan lebih dari 500 penerbangan internasional, mengganggu jalur penerbangan ke kota-kota utama dunia seperti San Francisco, Vancouver, hingga Zurich.

Ragasa, yang disebut Nando di Filipina, terbentuk di atas Samudra Pasifik Barat pada pertengahan September. Berawal dari sekitar utara Yap, badai ini mengalami intensifikasi cepat karena suhu laut yang sangat hangat.

Pada Senin (22/9/2025), Ragasa resmi diklasifikasikan sebagai super topan dengan kecepatan angin 165 mph (265 km/jam), setara dengan badai Kategori 5 di Atlantik. Filipina, Taiwan, dan China selatan berada dalam jalur lintasannya.

Di Filipina, Luzon Utara menjadi wilayah terdampak paling parah. Ribuan warga mengungsi, listrik padam meluas, dan pemerintah mengeluarkan peringatan hujan deras, banjir, serta tanah longsor.

Dalam meteorologi, badai tropis memiliki klasifikasi berdasarkan kecepatan angin. Jika angin rata-rata 1 menit mencapai 150 mph atau lebih, badai disebut super topan.

Data dari Joint Typhoon Warning Center (JTWC) menegaskan bahwa Ragasa memenuhi kriteria tersebut. Dengan angin puncak 165 mph, Ragasa setara dengan hurricane kategori 5 di wilayah Atlantik.

Yang membuat Ragasa berbahaya adalah intensifikasi cepatnya yang memperpendek waktu evakuasi. Mata badai yang jelas, dinding mata badai yang kokoh, serta gelombang pasang lebih dari 3 meter menjadi ancaman besar bagi wilayah pesisir.

Asia Timur dan Asia Tenggara dikenal sebagai jalur badai dunia atau Typhoon Belt. Negara-negara seperti Filipina, Jepang bagian selatan, Taiwan, Vietnam, hingga China tenggara secara rutin menghadapi badai tropis setiap tahun, dengan musim puncak antara Agustus-September.

Indonesia memang tidak secara langsung berada di jalur topan, namun BMKG memperingatkan adanya dampak tidak langsung Ragasa, berupa hujan lebat dan angin kencang hingga 29 September 2025 di beberapa wilayah.

Super Topan Ragasa menambah daftar panjang badai mematikan di Asia. Salah satunya adalah Topan Nargis pada Mei 2008 yang menghantam Myanmar dengan angin 240 km/jam dan menewaskan hampir 140.000 orang. Nargis disebut sebagai topan terburuk di Asia sejak 1991, sekaligus bencana alam terbesar setelah tsunami 2004.

Ragasa kini dianggap sebagai salah satu badai paling bersejarah, bukan hanya karena intensitasnya, tetapi juga karena wilayah padat penduduk yang dilaluinya. Dengan kerusakan infrastruktur, korban jiwa, dan evakuasi massal, badai ini kembali menegaskan betapa rentannya kawasan Asia terhadap siklus badai tropis.

(Redaksi)