IDENESIA.CO - PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), emiten yang terafiliasi dengan konglomerat energi Prajogo Pangestu, mencatat capaian gemilang sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Laba bersih setelah pajak perusahaan melonjak 269,6 persen secara tahunan (year on year/YoY), menembus angka 83,5 juta dolar AS atau setara sekitar Rp 1,38 triliun.
Kinerja spektakuler ini tak hanya mencerminkan efektivitas ekspansi bisnis pasca penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia, tetapi juga menegaskan bahwa strategi diversifikasi sektor yang dijalankan CDIA mulai membuahkan hasil nyata.
Dari laporan keuangan yang dipublikasikan, pendapatan bersih CDIA tercatat sebesar 104,8 juta dolar AS, naik 42 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Dua sektor utama energi dan logistik menjadi penopang utama lonjakan tersebut. Segmen energi memberikan kontribusi pendapatan terbesar, mencapai 76 juta dolar AS atau naik 11 persen. Sementara itu, segmen logistik tumbuh luar biasa hingga 1.234,1 persen menjadi 24,6 juta dolar AS.
Direktur CDIA, Jonathan Kandinata, menjelaskan bahwa performa ini merupakan hasil dari kombinasi antara eksekusi bisnis yang disiplin dan strategi ekspansi yang matang sejak CDIA resmi melantai di bursa.
“Laba bersih yang mencapai 83,5 juta dolar AS didukung oleh operasional yang tangguh dan pertumbuhan portofolio yang berkelanjutan,” ujar Jonathan dalam keterbukaan informasi, Kamis (30/10/2025).
Ekspansi Multi-Sektor: Energi, Logistik, dan Infrastruktur Pelabuhan
Di sektor energi, CDIA terus memperluas kapasitas pembangkit tenaga surya hingga 11 megawatt-peak (MWp) pada November 2025. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap transisi energi bersih dan pengurangan emisi karbon.
Sementara itu, pada sektor logistik, perusahaan mengakuisisi PT Barito Investa Prima (yang kini berubah nama menjadi PT Chandra Investa Prima) serta memperkuat jaringan distribusi melalui Chandra Cold Chain, fasilitas penyimpanan dingin modern yang diluncurkan menjelang IPO.
Ekspansi besar juga dilakukan pada logistik darat dan maritim. CDIA menambah 20 unit truk baru yang melayani rute-rute padat di Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali. Di sisi laut, perusahaan membangun dua kapal pengangkut gas etilena serta menambah kepemilikan saham di PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM).
Kedua langkah ini memperluas skala operasi sekaligus meningkatkan efisiensi distribusi lintas sektor.
“Kinerja ini menegaskan efektivitas strategi kami dalam membangun platform infrastruktur terdiversifikasi di sektor energi, air, logistik, pelabuhan, dan penyimpanan,” tambah Jonathan.
Didukung Pembiayaan dari BTN dan Danamon
Dari sisi pendanaan, CDIA berhasil memperkuat basis permodalan melalui beragam inisiatif keuangan strategis. Perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman baru dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) senilai Rp 2 triliun, melengkapi fasilitas eksisting dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
Selain itu, dukungan modal tambahan dari Chandra Asri Group dan EGCO Group, serta dana hasil IPO pada Juli 2025, turut memperkokoh struktur likuiditas perusahaan.
Liquidity Pool CDIA kini mencapai 705,4 juta dolar AS, angka yang menunjukkan kestabilan arus kas dan kemampuan perusahaan untuk terus berinvestasi pada proyek-proyek jangka panjang.
Analis pasar menilai langkah ini membuat CDIA semakin kompetitif di tengah meningkatnya kebutuhan infrastruktur energi dan rantai pasok nasional.
Fundamental Keuangan Menguat Drastis
Kinerja kuat juga tercermin dari sisi efisiensi operasional dan profitabilitas. Beban pokok pendapatan meningkat menjadi 80,8 juta dolar AS, naik 22,1 persen dari periode sebelumnya. Namun, kenaikan tersebut diimbangi oleh lonjakan pendapatan kotor yang naik 213,3 persen menjadi 24 juta dolar AS.
EBITDA CDIA juga tumbuh tajam 276,8 persen, mencapai 76,9 juta dolar AS dibanding 20,4 juta dolar AS pada periode sama tahun lalu.
Total aset perusahaan naik 48,1 persen menjadi 1,6 miliar dolar AS, sementara liabilitas meningkat 36,9 persen menjadi 449,6 juta dolar AS. Ekuitas tumbuh 52,9 persen menjadi 1,15 miliar dolar AS, menandai penguatan struktur keuangan yang solid dan berimbang.
Langkah Strategis Pasca-IPO
Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia pada pertengahan 2025, CDIA memanfaatkan momentum pasar modal untuk mempercepat pertumbuhan bisnis. Dana hasil IPO digunakan secara terarah untuk ekspansi energi bersih, logistik modern, serta pengembangan fasilitas pelabuhan dan penyimpanan.
Perusahaan juga menunjukkan komitmen terhadap efisiensi dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG). Dengan strategi investasi terukur dan manajemen risiko ketat, CDIA menargetkan pertumbuhan laba berkelanjutan pada 2026.
“Secara keseluruhan, pencapaian ini mencerminkan tekad kami untuk menghadirkan keunggulan operasional dan nilai jangka panjang bagi pemegang saham,” tegas Jonathan Kandinata menutup pernyataannya.
Lonjakan laba CDIA sebesar 269 persen menjadi bukti nyata bahwa diversifikasi bisnis lintas sektor, terutama energi dan logistik, mulai membuahkan hasil konkret. Dengan dukungan finansial kuat, efisiensi operasional, serta ekspansi strategis di sektor hijau dan transportasi terintegrasi, CDIA memperkuat posisinya sebagai salah satu emiten infrastruktur terdepan di bawah payung Barito Pacific Group milik Prajogo Pangestu.
Jika tren pertumbuhan ini berlanjut hingga akhir tahun, para analis memperkirakan CDIA berpotensi menembus rekor kinerja tahunan tertinggi sejak berdiri, sekaligus menjadi salah satu perusahaan publik dengan peningkatan laba paling agresif di sektor infrastruktur dan energi Indonesia.
(Redaksi)