IMG-LOGO
Home Internasional Di Tengah Perang Gaza, UEA Tampilkan Strategi Diplomasi Berbeda di PBB
internasional | umum

Di Tengah Perang Gaza, UEA Tampilkan Strategi Diplomasi Berbeda di PBB

oleh VNS - 28 September 2025 05:31 WITA
IMG
Uni Emirat Arab menolak walkout massal dari ruang Sidang Majelis Umum PBB saat PM Israel Benjamin Netanyahu berpidato. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Di tengah kemarahan negara-negara Arab atas serangan Israel ke Gaza yang menggema di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Emirat Arab (UEA) memilih jalur diplomasi yang berbeda. Delegasi UEA tidak bergabung dalam aksi walkout massal yang dilakukan sejumlah negara Arab saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato di hadapan pemimpin dunia.


Tak hanya itu, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bahkan mengadakan pertemuan tertutup dengan Netanyahu. Langkah ini memicu sorotan luas karena UEA selama ini dikenal sebagai negara Teluk yang pernah mengeklaim memperjuangkan solidaritas Arab.

Dalam pernyataan resminya, pemerintah UEA menjelaskan tujuan pertemuan tersebut adalah mendesak penghentian perang di Gaza serta melindungi nyawa warga sipil.

“Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk menekankan kebutuhan mendesak untuk mengakhiri perang di Gaza dan melindungi nyawa warga sipil,” bunyi pernyataan pemerintah UEA.

Kedua pemimpin juga membahas langkah-langkah de-eskalasi regional dan akses kemanusiaan di tengah konflik yang terus berkecamuk. Kementerian Luar Negeri UEA menegaskan kembali dukungan negara itu terhadap solusi dua negara sebagai jalan menuju perdamaian komprehensif.

“Menteri Luar Negeri Sheikh Abdullah bin Zayed menekankan kebutuhan mendesak untuk mengakhiri perang di Gaza, mencapai gencatan senjata permanen dan berkelanjutan, mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut, dan mengakhiri kondisi tragis yang dihadapi warga sipil,” tulis unggahan resmi Kemenlu UEA.

Yang paling mencolok terjadi di dalam aula Majelis Umum PBB. Saat Netanyahu berpidato, delegasi dari Yordania, Qatar, dan Aljazair memilih meninggalkan ruangan sebagai tanda protes. Para diplomat UEA justru tetap berada di dalam ruangan, menolak aksi demonstrasi terkoordinasi tersebut.

Keputusan ini memunculkan perdebatan luas di dunia Arab. Sebagian menilai langkah tersebut konsisten dengan pendekatan Abu Dhabi yang lebih memilih jalur dialog melalui Perjanjian Abraham, sementara lainnya mengkritik UEA karena dianggap tidak sejalan dengan sentimen kolektif Arab di tengah meningkatnya korban sipil di Gaza.

Langkah UEA dipandang sebagai upaya menjaga keseimbangan diplomatik yang rumit: menjunjung hubungan dengan Israel sekaligus menegaskan dukungan terhadap penyelesaian dua negara dan diplomasi kemanusiaan.

Diplomat senior Emirat yang juga penasihat presiden, Anwar Gargash, membela pendekatan negaranya.

“Sebagaimana posisi UEA yang tegas dalam menutup berkas aneksasi Israel atas tanah Palestina, pertemuan malam ini antara Sheikh Abdullah bin Zayed dan Perdana Menteri Israel di New York merupakan langkah berani untuk mendukung upaya internasional guna mengakhiri perang Gaza dan mencapai gencatan senjata permanen yang mengakhiri tragedi kemanusiaan dan memperkuat jalan menuju perdamaian,” kata Gargash seperti dikutip NDTV, Minggu (28/9/2025).

Strategi UEA ini menunjukkan prioritas yang terencana: keterlibatan, bukan isolasi. Abu Dhabi tampaknya percaya bahwa berbicara dengan semua pihak, bahkan di saat krisis, lebih efektif daripada sekadar walkout simbolik.

(Redaksi)