nasional | umum
Danantara Klarifikasi, Isu Kuasai 51 Persen Saham BCA Hanya Rumor
CEO Danantara Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani. Foto:Ist
IDENESIA.CO - Publik sempat dihebohkan dengan isu rencana pengambilalihan 51 persen saham PT Bank Central Asia (BCA) Tbk oleh negara melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia. Namun, kabar tersebut segera dibantah oleh CEO Danantara, Rosan Perkasa Roeslani.
Rosan dengan tegas menyatakan bahwa Danantara sama sekali tidak memiliki rencana maupun pembicaraan terkait akuisisi mayoritas saham bank swasta terbesar di Indonesia tersebut.
“Enggak ada,” ujar Rosan singkat ketika ditemui usai rapat tertutup bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Ketika diminta memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kemungkinan adanya diskusi internal soal isu tersebut, Rosan memilih tidak menanggapi dan langsung meninggalkan awak media.
Rumor ini muncul setelah beredar usulan agar negara mengambil alih BCA dengan dalih kaitan sejarah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada krisis moneter 1998. Saat itu, BCA sempat menerima bantuan dari pemerintah untuk menahan dampak rush nasabah.
Selain itu, isu ini juga dikaitkan dengan program divestasi yang disebut-sebut masih menyisakan sejumlah persoalan hukum maupun politik.
Namun, berdasarkan kajian Infobank Policy Brief, isu pengambilalihan saham BCA dinilai berbahaya dan sebaiknya dihentikan.
Infobank menyebut ada delapan alasan mengapa gagasan ini tidak layak diteruskan, yaitu:
Merusak kepercayaan pasar.
Bentuk pengkhianatan terhadap kedaulatan hukum.
Penjarahan kepemilikan masyarakat yang saat ini memegang saham BCA.
Mengirim risiko besar kepada negara.
Mematikan inovasi dalam industri perbankan.
Memicu risiko rush perbankan.
Berpotensi menimbulkan dampak sistemik bagi stabilitas keuangan nasional.
Persoalan BLBI BCA sudah selesai dan disahkan melalui TAP MPR RI.
Dengan pernyataan tegas Rosan, rumor pengambilalihan BCA diharapkan bisa diredam sehingga tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat maupun investor. Sebagai salah satu bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, stabilitas BCA diyakini berpengaruh besar terhadap kepercayaan sistem perbankan nasional.
Langkah Danantara yang menolak isu ini dipandang sebagai sinyal penting untuk menjaga iklim investasi dan keuangan Indonesia tetap kondusif.
(Redaksi)