IDENESIA.CO - Penggunaan rudal Sejjil dalam serangan Iran ke Israel pada Rabu (18/6/2025) bukan sekadar balasan militer, tetapi sinyal kuat atas peningkatan kemampuan strategis Iran dalam medan konflik regional..
Rudal dua tahap berbahan bakar padat ini dianggap sebagai salah satu senjata terobosan yang mempertegas posisi Iran di tengah ketegangan kawasan.
Untuk pertama kalinya dalam rangkaian serangan ke Israel yang diberi nama "Operation True Promise 3", Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) meluncurkan rudal Sejjil, senjata balistik jarak menengah yang selama ini disimpan sebagai opsi strategis.
Serangan ke-12 dalam operasi ini diarahkan ke jantung sistem komando militer Israel, pusat komunikasi, kontrol, dan intelijen (C4I) yang berlokasi dekat Soroka Medical Center di Beersheba, Israel selatan.
“Gelombang ke-12 dimulai, dengan peluncuran rudal sejjil,rudal dua tahap berbahan bakar padat yang berat dan berjangkauan jauh,” bunyi laporan resmi dari Kantor Berita IRNA.
Rudal Sejjil merupakan puncak pengembangan teknologi misil Iran sejak akhir 1990-an. Dengan jangkauan mencapai 2.000 km, Sejjil mampu membawa hulu ledak 700 kg dan menargetkan wilayah-wilayah strategis dalam radius Timur Tengah.
Analis pertahanan menyebut peluncuran ini bukan hanya aksi militer, melainkan juga bentuk proyeksi kekuatan teknologi rudal Iran, yang selama ini banyak dispekulasikan namun jarang diperlihatkan secara langsung dalam konflik terbuka.
Keunggulan utama rudal Sejjil terletak pada penggunaan bahan bakar padat, memungkinkan peluncuran cepat tanpa persiapan panjang seperti rudal berbahan bakar cair. Hal ini mengurangi peluang rudal dihancurkan saat proses peluncuran.
Pemerintah Israel belum mengumumkan secara rinci dampak serangan terbaru ini, namun PM Benjamin Netanyahu dilaporkan telah menginstruksikan respons militer terarah terhadap Teheran. Beberapa analis memperkirakan kemungkinan eskalasi besar, mengingat target kali ini menyentuh saraf utama sistem pertahanan Israel.
Media Israel melaporkan peningkatan kesiagaan militer di kawasan selatan dan kemungkinan pengaktifan sistem pertahanan anti-rudal seperti Iron Dome dan Arrow-3
Ketegangan ini terjadi di tengah upaya sejumlah negara Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk meredakan konflik regional melalui jalur diplomatik. Namun, peluncuran rudal strategis Iran berisiko menggagalkan momentum perdamaian yang sempat dibangun dalam beberapa bulan terakhir.
Setelah terakhir diuji coba pada 2012 dan sempat tampil dalam latihan militer tahun 2021, Sejjil kini digunakan dalam situasi nyata untuk pertama kalinya.
"Penggunaan rudal Sejjil adalah pesan. Iran menunjukkan bahwa mereka siap melawan dengan teknologi tinggi jika konfrontasi terus berlanjut," kata Ali Vaez, analis senior bidang Iran di International Crisis Group.
(Redaksi)